Tri Guna dan Dasa Mala

Share on :
Tri Guna, Tiga Sifat Alam Material

Tri Guna brasal dari kata Tri = tiga, dan Guna = tali. Jadi Tri Guna berarti tiga tali pengikat yaitu sattvam, rajas dan tamas. Ketiga tali ini mengikat segala makhluk sehingga mereka betah tinggal di alam material.

Sesuai dengan Bhagavad Gita 14.4-9 Sifat alam sattvam (kebaikan) mensucikan diri seseorang (dengan berbagai perbuatan bajik), melahirkan pengetahuan dan kesenangan, tetapi pengetaan dan kesenangan itu mengikat pula sang makhluk hidup di alam fana.
Sifat alam rajas (kenafsuan) melahirkan bermacam-macam keinginan, memaksa sang makhluk hidup bekerja secara pamerih dan menyebabkan dirinya amat terikat pada hasil kerja (yang pasti mengakibatkan lahir lagi di dunia fana).
Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan sang makhluk hidup mengkhayal, ber-pikir tidak waras, malas dan banyak tidur(sehingga dia bisa merosot kedalam kehidupan yang le bih rendah dalam kelahiran berikutnya).
Dikatakan bahwa ke-tiga unsur Tri Guna tersebut selalu bergejolak dan berusaha mengatasi satu dengan yang lain agar menjadi yang paling dominan (Bhagavad Gita 14.10).
Akibat-akibat ikatan tri guna terhadap sangmakhluk hidup (jiva) yaitu;

1. Sang jiva mengembangkan jenis sraddha (kepercayaan) tertentu selain kepada Tuhan. Dikatakan,”Tri vidha bhavati sraddha dehinam sa svabhavaja sattviki rajasi caiva tamasi ceti, sesuai dengan unsur-unsur Tri Guna yang menyelimuti diri seseorang, maka sraddha kepercayaan) kepada Tuhan dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: (a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam sifat rajas (kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan). Selanjutnya dikatakan,”Yajante sattvika devan, mereka yang diikat oleh sifat alam sattvam, menyembah para Deva. Yaksa raksamsi rajasah, mereka yang diikat oleh sifat alam rajas, memuja Yaksha dan Rakshasa (yang tergolong Demon atau Asura). Dan, pretan bhuta ganams canye yajan te tamasa janah, mereka yang diikat oleh sifat alam tamas, memuja hantu dan roh-roh halus” (Bhagavad Gita 17.4).

2. Sang jiva secara keliru menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya. Dikatakan,”Prakrteh kriyamanani gunaih karmani sarvasah ahankara vimudhatma kartaham iti manyate, karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup jadi terkhayalkan dan menganggap dirinyalah menjadi pelaku atas segala kegiatan yang dilakukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak sana oleh alam material” (Bhagavad Gita 3.27). 3. Sang jiva jadi sibuk dalam kegiatan material memuaskan indriya jasmani di alam material. Dikatakan,”Prakrteh guna sammudhah sajjante guna karmasu, diikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam berbagai kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu” (Bhagavad Gita 3.29).

4. Sang jiva dipaksa berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani lain dan hanyut dalam samudra kehidupan material dunia fana. Dikatakan,”Purusah prakrti-stho hi bhunkte prakrti jan gunan, begitulah sang makhluk hidup (jiva) yang tinggal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan material dalam ikatan Tri Guna. Karanam guna sango’sya sad asad yoni janmasu,karena di-ikat oleh Tri Guna,maka ia merasakan suka dan duka dalam berbagai jenis kehidupan material yang dialaminya” (Bhagavad Gita 13.22).

5. Sang jiva tidak tahu bahwa sri krishna adalah bhagavan, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan,”Tribhir gunamayair bhavaih ebhih sarvam idam jagat mohitam nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikhayalkan oleh Tri Guna, seluruh dunia tidak mengenal diriKu (sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) yang mengatasi ketiga sifat alam material itu dan kekal abadi” (Bhagavad Gita 7.13).
Guna sangam vinirdhuya mam bhajanti vicaksanah, orang cerdas dapat melepaskan diri dari ikatan Tri-Guna dengan melakukan pelayanan bhakti kepadaKu (Bhagavata Purana 11.25.33).
Manfaat lepas dari ikatan tri guna adalah;

1. Sang jiva mengerti bahwa sri krishna adalah bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Dikatakan, “Nanyam gunebhyah kartaram yada drstanupasyati gunebhyas ca para vetti mad bhavam so’digacchati, bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi adalah tidak lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan mengatasi ketiga sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti hakekat spiritual diriKu” (Bhagavad Gita 14.19).

2. Sang jiva mencapai tingkat spiritual Brahma-bhuta yang menjadi prasyarat untuk kembali ke dunia rohani. Dikatakan,”Sa gunan samatityaitan brahma bhuyaya kalpate, jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia mencapai kedudukan spiritual brahma-bhuta (Bhagavad Gita 14.26). Brahma-bhuta prasannatma, pada tingkat spiritual Brahma-bhuta, seseorang senantiasa berbahagia (Bhagavad Gita 18.54).

3. Sang jiva mencapai kebahagiaan abadi di dunia rohani vaikunthaloka. Dikatakan,”Gunan etan atitya trin dehi deha samudbhavan janma mrtyu jara duhkhair vimukto’ mrtam asnute, kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia bebas dari kelahiran, kematian, usia tua dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai kebahagiaan sejati bahkan dalam masa hidup nya ini juga” (Bhagavad Gita 14.20).


Adapun ciri-ciri orang yang telah terlepas dari Tri Guna adalah sebagai berikut,“Dia tidak membenci pencerahan spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material) ataupun khayalan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkannya jika hal-hal itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa keprihatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh unsur-unsur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun), sebab dia sadar bahwa hanya unsur-unsur Tri Guna itu saja yang aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah sama sama saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, melihat segumpal tanah, sebiji batu dan sekeping emas dengan pandangan (dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa terganggu meski dihina atau pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh dengan cara sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun” (Bhagavad Gita 14.22- 25).
DASA MALA

Bila kehidupan ini kita andaikan sebagai sebuah medan perang, maka kita harus mengetahui siapakah musuh terberat kita, sehingga kita selalu bisa memenangkan pertarungan hidup. Bisa meraih sukses mencapai semua target hidup yang kita canangkan. Menurut Agama Hindu musuh yang paling berat adalah ada di dalam diri manusia. Tidak mengherankan bila para bijaksana (vipra) mengatakan bahwa, Kalahkanlah terlebih dahulu musuh dalam dirimu sendiri, maka akan sangat mudah bagimu untuk mengalahkan musuh di luar dirimu. Bila musuh ini kita anggap sebagai individu/personal, siapakah musuh-musuh kita…? Ada banyak musuh dalam diri manusia, dalam hal ini kita membahas Dasa Mala; sepuluh keburukan dalam diri manusia. Sumbernya adalah kitab Upanishad
DASAMALA
1 Tandri Malas
2 Kleda Suka menunda-nunda
3 Teja pikiran gelap
4 Kulina sombong,suka menghina/ menyakiti hati orang
5 Kuhaka Keras kepala
6 Metraya sombong dan berbohong/ melebih-lebihkan
7 Megata Kejam
8 Ragastri Suka berzina
9 bhaksa bhuwana Suka membuat orang lain melarat
10 Kimburu senang menipu
MALAS: Setiap orang dari kita tidak suka melihat orang pemalas, apalagi mereka adalah bagian dari anggota team kita, sang pemalas tidak disukai keberadaannya. Sang pemalas tidak mampu mengoptimalisasikan potensi dirinya, demikian pula, sang pemalas pada akhirnya akan menjadi beban bagi anggota team lainnya. Bila kita tidak suka dengan si pemalas, maka sudah sepatutnya kita tidak membiarkan diri kita menjadi pemalas. Malas adalah bagian dari diri manusia yang tidak bisa dihilangkan, tapi dia bisa dikendalikan bila kita sungguh-sungguh berusaha. Target hidup tidak akan bisa dicapai maksimal oleh si pemalas.

SUKA MENUNDA-NUNDA Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan misalnya adalah memperlambat pencapaian target hidup yang kita rencanakan. Tentu seorang partner kerja yang suka menunda-nunda penyelesaian pekerjaanya akan mempengaruhi efektivitas sebuah team. Apalagi kita membutuhkan data atau laporan yang sifatnya urgent, wah si penunda-nunda pekerjaan akan sangat tidak disukai keberadaannya. Tentu dalam hal ini kita juga tidak membiarkan diri kita tidak disukai orang lain bukan…?

PIKIRAN GELAP.
Pikiran gelap artinya kita tidak bisa menemukan titik terang, dalam hal ini tentu pula kita tidak bisa memilah dan memilih sesuatu. Tidak bisa memutuskan sesuatu. Sementara kehidupan ini tidak bisa dihindari dari kegiatan mengambil keputusan, walau sekecil apapun. Dalam kondisi pikiran yang gelap kita tidak bisa memberikan solusi terbaik dari suatu persoalan atau issue dalam hidup ini. Pikiran gelap seringkali memberikan output negatif yang justru merugikan diri sendiri, keluarga maupun orang lain. Oleh karenanya berusalah selalu mengendalikan pikiran itu sehingga jangan sampai terbawa ke pikiran Gelap. Terangilah pikiranmu dengan ajaran-ajaran suci, mutiara-mutiara Veda, filsafat Dharma.

SOMBONG, SUKA MENGHINA DAN MENYAKITI ORANG LAIN.
Tidak ada yang suka dengan orang yang sombong, apalagi dia sampai menghina dan menyakiti orang lain. Jadi sudah sangat wajar bila kita tidak membiarkan diri kita dihanyutkan oleh kesombongan, tanpa kita sadari bila kita tidak waspada kesembongan akan selalu menyusup ke dalam diri kita. Oleh karenanya rajin-rajinlah mengendalikan diri untuk bisa menguasai kesombongan ini. Sadarilah bahwa manusia itu semua memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing sehingga di Bali manusia disebut Jeleme/Jadma (Jele/jelek = Buruk, Me=Melah=Baik), kebaikan dan keburukan hadir pada setiap diri orang.

KERAS KEPALA Teguh pada pendirian itu baik, tapi bukan untuk hal-hal negatif. Dalam pergaulan sering kita dengarkan ungkapan “sudah salah ngeyel lagi..”. Hal ini mengindikasikan orang yang kesal pada kawannya yang keras kepala padahal dia telah terbukti salah. Nah oleh karenanya saudaraku berusahalah untuk selalu logis, bila kita tahu bahwa kita dalam posisi yang salah janganlah menuruti ego untuk menjadi keras kepala, karena hal itu tidak akan meningkatkan kwalitas diri anda, malah sebaliknya.

BERBOHONG DAN MELEBIH-LEBIHKAN Kadang tanpa disadari seringkali orang melebih-lebihkan sesuatu mungkin dengan tujuan untuk menghidupkan suasana atau agar tampak lebih menarik apa yang sedang diungkapkan, tapi sadarilah wahai kawanku, bahwa mengatakan sesusatu lebih atau kurang dari apa adanya adalah sebuah kebohongan, dan itu akan memberikan info yang kurang baik. Serombongan tentara diberikan tugas pada suatu daerah konflik di nusantara. Di dalam rombongan itu ada anggota yang bernama Putu Simpen dan Wayan Simpen. Ternyata dalam tugasnya ada anggota yang gugur, beliau adalah Wayan Simpen. Berita datang ke asrama tempat para istri dan keluarga tentara tinggal, berita yang sampai bahwa yang meninggal adalah Pak Simpen. Orang pertama yang mendengar adalah istri dari Pak Putu Simpen. Tentu saja beliau langsung shock dan pingsan berhari-hari. Satu keluarga berkabung. Setelah siuman sang istri berkeinginan untuk menjemput jasad sang suami, tapi ternyata setelah dikonfirmasi yang meninggal adalah Pak Wayan Simpen. Saudaraku, kejadian ini hanya satu dari sekian banyak kejadian karena miss information, bayangkan seandainya mental sang istri lemah, bisa mengakibatkan kehilangan nyawa. Jadi berusahalah selalu untuk memberikan informasi apa adanya, jangan melebih-lebihkan pun jangan menguranginya.

KEJAM
Saya yakin tidak ada satupun orang suka diperlakukan secara kejam. Kejam disini bukan hanya melalui tindakan, juga melalui perkataan dan berfikir berlaku kejam. Semua tindakan kejam, perkataan kejam, pikiran kejam hanya akan membawa penderitaan pada mahluk lain. Sudah sangat jelas, tidak ada baiknya memelihara pikiran, perkataan atau tindakan kejam.

SUKA BERJINA Kalo mau jujur, bisa saya katakan semua orang dari kita tidak ada yang mau diduakan. Berjina adalah prilaku orang yang tidak bisa mengontrol nafsu sexnya. Tidak puas dengan pasangannya yang sah. Saya teringat dengan teman saya Jack, mengatakan: “Berjina itu hitungan duniawinya aja sudah rugi apalagi di akhiratnya”, Kenapa..?. Sebelum sampai pada berjina tentu melalui proses pendekatan, nah ini butuh BT (biaya tinggi). Kemudian kalo sial berjinah dengan orang yang kena penyakit, kalo sial lagi berjinah kepergok orang sekampung bisa digebukin, mesti berbohong sama keluarga dan sama perempuan yang diajak berjina, kalo sial si perempuan hamil maka bencana muncul, sang anak juga lahir dari proses yang tidak benar, akibatnya yang lahir bukan suputra, dan masih banyak lagi kerugian yang lain, demikian katanya, apalagi hitungan sorgawinya wow… tidak ada satu agamapun yang mentoleransi hal ini.

SUKA MEMBUAT ORANG LAIN MELARAT
Siapa sih yang suka melarat, semua orang ingin makmur. Tapi cara mencapai kemakmuran pribadi jangan sampai mengorbankan orang lain jadi melarat. Kemelaratan adalah situasi yang tidak diinginkan semua orang. Tentu anda-anda juga tidak ingin melarat bukan…? so pantaskah kita melakukannya pada orang lain..? Anda tahu jawabannya.

SUKA MENIPU
Suka menipu artinya gemar melakukan aksi tipu-tipu pada setiap kesempatan yang muncul, atau bahkan mungkin menciptakan kesempatan sendiri untuk menipu. Menipu jelas membuat pihak yang ditipu tertimpa kerugian, hal ini jelas tidak mengenakkan di hati, membuat orang yang ditipu sedih, kesel, sehingga tidak jarang pihak yang ditipu sampai marah, mengumpat dan mendoakan yang jelek-jelek pada yang si penipu. Bagi penipu karena dia tahu bahwa dirinya penipu jelas merasa tidak tenang kalo-kalo nanti kedok penipuannya terbongkar. Kita masih ingat dengan tragedi di tanah air kita, penipuan bank, penipuan investasi, penipuan produk makanan, dll. Telah demikian banyak orang yang menjadi korban. Kita harus terus waspada dengan model-model penipuan pun kita harus inget dan waspada pada sifat suka menipu ini yang bisa menyerang kita kapanpun dimanapun kita berada.

0 komentar on Tri Guna dan Dasa Mala :

Post a Comment and Don't Spam!

 

Like Facebook

Followers

Visitor

free counters