Pengertian Doa Hindu

Doa berarti Mantra yang berasal dari kata, Man (Manana) yang berarti Berpikir dan Tra berarti menjadi terang. mantra adalah kalimat suci yang di ucapkan atau di tunjukkan kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, kerendahan hati, dan penuh cinta kasih.
Kesucian pribadi sangat menentukan keberhasilan berdoa. Seseorang yang mempunyai kesucian pribadi yang murni, bila berdoa dengan tulus ddan khusuk akan lebih berhasil dibandingkan dengan individu yang pribadinya dicemari oleh sifat-sifat jahat, tidak jujur, congkak, rakus, dan angkuh. (Suasti dan suastawa.2007:61-62)

Catur Asrama dalam agama Hindu

A. Pengertian catur asrama
Dilihat dari asal katanya catur asrama terdiri dari kata catur yang berarti empat ( 4 ) dan asrama yang berarti jenjang kehidupan, tempat / lapangan. Jadi catur asrama artinya empat jenjang yang dilalui dalam kehidupan yang berdasarkan tuntunan rohani.

B. Pembagian catur asrama
1. Brahmacari
2. Grahasta
3. Wanaprasta
4. Biksuka ( sanyasin )
C. Penjelasan / pengertian masing-masing catur asrama
1. Brahmacari
Brahmacari berasal dari 2 kata , brahma dan cari . Brahma artinya ilmu pengetahuan suci dan Cari ( car ) yang artinya bergerak. Jadr brahmacari artinya bergerak di dalam kehidupan menuntut ilmu pengetahuan ( masa menuntut ilmu pengetahuan ).
Dalam kitab Nitisastra II, 1 masa menuntut ilmu pengetahuan adalah maksimal 20 tahun, dan seterusnya hendanya kawin untuk mempertahankan keturunan dan generasi berikutnya.
Brahmacari juga dikenal dengan istilah ” Asewaka guru / aguron-guron ” yang artinya guru membimbing siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak yang disebut dengan ” Oya sakti ” . Dalam masa brahmacari ini siswa dilarang mengumbar hawa nafsu sex ,karena akan mempengaruhi ketajaman otak.
Untuk masa menuntut ilmu, tidak ada batasnya umur, mengingat ilmu terus berkembang mengikuti waktu dan zaman . Maka pendidikan dilakukan seumur hidup.
Dalam kitab Silakrama , pendidikan seumur hidup dapat dibedakan menurut perilaku seksual dengan masa brahmacari. Dengan brahmacari dapat dibedakan menjadi 3 bagian, antara lain :
a. Sukla brahmacari artinya tidak kawin selama hidupnya . Contoh orang yang melaksanakan sukla brahmacari . Laksmana dalam cerita ramayana, bhisma dalam mahabarata, jarat karu dalam cerita adi parwa.
b. Sewala brahmacari artinya kawin hanya rekali dalam hidupnya walau apapun yang terjadi.
c. Tresna ( kresna brahmacari ) artinya kawin yang lebih dari satu kali , maksimal empat kali. Perkawinan ini diperbolehkan apabila – istri tidak melahirkan
- istri tidak bisa melaksanakan tugas sebagai mana mestinya.
adapun syarat tresna brahmacari adalah :
- mendapat persetujuan dari irtri pertama
- suami harus bersikap adil terhadap irtri-istrinya
- sebagai ayah harus adil terhadap anak dari istri-istrinya.
2. Grahasta asrama
Merupakan jenjang yang kedua yaitu kehidupan pada waktu membina rumah tangga ( dari mulai kawin ). Kata grahasta berasal dari dua kata. Grha artinya rumah, stha artinya berdiri. Jadi grahasta artinya berdiri membentuk rumah tangga. Dalam berumah tangga ini harus mampu seiring dan sejalan untuk membina hubungan atas darar saling cinta mencintai dan ketulusan.
syarat-syarat perkawinan adalah
- sehat jarmani dan rohani
- hidup sudah mapan
- saling cinta mencintai
- mendapat persetujuan dari kedua pihak baik keluarga dan orang tua.
Sejak itu jenjang kehidupan baru masuk ke dalam anggota keluarga / anggota masyarakat. Menurut kitab Nitisastra. Masa grahasta yaitu 20 tahun.
adapun tujuan grahasta adalah :
- melanjutkan keturunan
- membina rumah tangga ( saling tolong menolong, sifat remaja dihilangkan, jangan bertengkar apalagi di depan anak-anak karena akan mempengaruhi perkembangan psikologis anak )
- melaksanakan panca yadnya ( sebagai seorang hindu )
3. Wanaprasta
Wanaprasta terdiri dari dua kata yaitu ” wana ” yang artinya pohon, kayu, hutan, semak belukar dan ” prasta ” yang artinya berjalan, berdoa. Jadi wanaprasta artinya hidup menghasingkan diri ke dalam hutan. Mulai mengurangi hawa nafsu bahkan melepaskan diri dari ikatan duniawi.
Manfaat menjalani jenjang wanaprasta dalam kehidupan ini antara lain :
a. Untuk mencapai ketenangan rohani.
adapun filsafat tentang itu :
- orang menang, tidak pernah mengalahkan
- orang yang kaya karena tidak pernah merasa miskin
b. Manfaatkan sisi hidup di dunia untuk mengabdi kepada masyarakat.
c. Melepaskan segala keterikatan duniawi
Menurut kitab Nitisastra masa wanaprasta kurang lebih 50 – 60 tahun.
4. Biksuka ( sanyasin )
Kata biksuka berasal dari kata biksu yang merupakan sebutan pendeta Buda. Biksu artinya meminta-minta. Masa biksuka ialah tingkat kehidupan yang dilepaskan terutama ikatan duniawi, hanya mengabdikan diri kepada Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ).
Ciri-ciri seorang biksuka :
a. Selalu melakukan tingkah laku yang baik dan bijaksana
b. Selalu memancarkan sifat-sifat yang menyebabkan orang lain bahagia.
c. Dapat menundukkan musuh-musuh nya seperti sadripu
- kama = nafsu
- loba = tamak / rakus
- kroda = marah
- moha = bingung
- mada = mabuk
- matsyarya = iri hati

CATUR ASRAMA

Catur Asrama adalah empat tingkatan kehidupan yang wajib/ideal dijalani manusia Hindu selama hidupnya, yaitu : Brahmacari, Grhastha, Vanaprastha, dan Bhiksuka. Karena menjadi kewajiban, maka bila ada manusia Hindu yang tidak melaksanakan catur ashrama dengan baik, akan sia-sialah hidupnya di dunia ini.


Brahmacari

Brahmacari adalah masa belajar, masa menuntut ilmu/pendidikan. Brahmacari dalam arti sempit adalah masa belajar secara formal misalnya belajar sejak TK sampai perguruan tinggi. Brahmacari dalam arti yang lebih luas, adalah upaya meningkatkan pengetahuan dengan berbagai cara (formal dan informal) yang berlangsung sepanjang masa kehidupan karena sebenarnya proses belajar-mengajar berlangsung tiada henti. Brahmacari dalam arti khusus ada dua yaitu :

1) Brahmacari dalam kaitan masa aguron-guron (belajar agama/spiritual) seorang sisya (siswa) kepada Nabe (guruspiritual) dimana Nabe tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik dan melatih, dan

2) Brahmacari dalam arti menjauhkan diri dari keinginan sex atau tidak kawin/nikah selama hidup. Yang terakhir ini disebut sebagai sukhla brahmacari. Pentingnya Brahmacari Ashrama, disebutkan dalam Atharvaveda sebagai berikut :

Brahmacaryena tapasa, raja rastram vi raksati, acaryo brahmacaryena, brahmacarinam icchate (XI.5.17). Sa dadhara prthivim divam ca (XI.5.1). Tasmin devah sammanaso bha vanti (XI.5.1) Artinya :
Seorang pemimpin dengan mengutamakan brahmacari dapat melindungi rakyatnya, dan seorang guru yang melaksanakan brahmacari menjadikan siswanya orang yang sempurna; Seseorang yang melaksanka brahmacari akan menjadi penopang kekuatan dunia; Tuhan (Hyang Widhi) bersemayam pada diri seorang brahmacari.

Dari kutipan Veda itu jelaslah kiranya bahwa kewajiban manusia yang utama dan yang pertama dilakukan adalah menuntut ilmu atau belajar dan berpendidikan, karena dari pendidikan/pengajaranlah pikiran dikembangkan untuk menuju kepada Catur purushaarta seperti yang telah dikemukakan dalam uraian tentang catur purushaarta terdahulu. Pelajaran dan pendidikan juga akan membangun kemampuan berpikir untuk memilah antara dharma (perbuatan baik) dan adharma (perbuatan tidak baik) sehingga manusia dapat mencapai kesempurnaan hidup.

Kitab suci Sarasamusccaya 2 :

Manusah sarvabhutesu varttate vai subhasubhe, asubhesu samavistam subhesvevavakarayet.

Artinya : Diantara semua mahluk hidup, hanya yang dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk, leburlah kedalam perbuatan baik segala yang buruk itu; demikianlah pahalanya menjadi manusia.

Dalam Upanisad disebutkan pula bahwa arti kata Manusah adalah : Manu = kebijaksanaan, sah = mempunyai. Jadi manusia adalah mahluk yang mempunyai kebijaksanan. Kebijaksanaan diperoleh dari tiga kemampuan kodrati manusia yaitu Sabda (kemampuan berbicara), Bayu (kemampuan bergerak) dan Idep (kemampuan berpikir). "Idep" yang dituntun oleh ajaran agama dan ilmu pengetahuan akan menjadikan manusia itu lebih bijaksana sehingga disebut sebagai manusia yang sempurna. Mahluk lain seperti binatang hanya mempunyai dua kemampuan saja yaitu kemampuan bergerak (bayu) dan kemampuan bersuara (sabda). Binatang tidak mempunyai kemampuan berpikir (idep) oleh karena itu binatang beraktivitas berdasarkan naluri, tidak berdasarkan pikiran. Tumbuh-tumbuhan hanya mempunyai kemampuan tumbuh (bayu) saja, tidak mempunyai sabda dan idep.Selanjutnya Sarasamusccaya menyatakan bahwa kita wajib bersyukur karena atman telah menjelma menjadi manusia, mahluk yang utama, karena itu gunakanlah kesempatan hidup yang sempit ini dengan sebaik-baiknya, kesempatan mana sungguh sangat sulit diperoleh; lakukanlah segala sesuatu yang baik (melalui brahmacari) yang mencegah kejatuhan harkat kemanusiaan, gunakanlah kesempatan ini untuk mencapai moksa/sorga. "Paramarthanya, pengpengen ta pwa katemwaniking si dadi wwang, durlabha wi ya ta, saksat handaning mara ring swarga ika, sanimittaning tan tiba muwah ta pwa damelakena"

Budidaya Pohon Karet

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan
(misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan. 
Syarat Tumbuh
Tanah
  • Tanah harus gembur
  • Kedalaman antara 1-2 meter
  • Tidak bercadas
  • PH tanah 3,5-7,0
  • Ketinggian tempat anatara 0-400 meter, paling baik pada ketinggian 0-200 meter, setiap kenaikan 200 meter matang sedap terlambat 6 bulan
Iklim 
  • Curah hujan minimum 1.500 mm pertahun, jumlah hari hujan 100-150 hari, curah hujan optimum 2.500-4.000 mm.
  • Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet, ada hubungannya dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun pada pagi hari
  • Unsur angin berpengaruh terhada
  • Kerusakan tanaman akibat angin kencang
  • Kelembaban sekitar tanaman
  • Produksi akan berkurang
Pengolahan Lahan
  • Penebangan dan pembakaran pohon yang ada pada lahan
  • Penyacaran lahan dari rumput yang ada
  • Pembajakan dengan traktor atau penggarpuan/pencangkulan dilakukan 3 kali, dengan tenggang waktu 1 bula, setelah pembajakan ke 3 lahan dibiarkan 2 minggu baru digaru
Pencegahan Erosi
  • Pembuatan teras, baik teras individu maupun teras bersambung di sesuaikan dengan kemiringan lahan
  • Pembuatan parit dan rorak, parit dibuat sejajar dengan lereng,saluran drainase memotong lereng dan rorak dibuat diantara barisan
  • Pengajiran, untuk menentukan letak tanaman dan meluruskan dalam barisan dengan cara sebagai berikut : - Tentukan arah Timur-Barat (TB) atau Utara-Selatan (US); - Ukur pada TB jarak 6 meter atau 7 meter dan 3 meter dari arah US
  • Penanaman penutup tanah, kegunaaanya : melindungi tanah dari sinar matahari langsung, erosi, menekan pertumbuhan gulma, dan sebagai media hidup cacing

Penanaman

  • Pembuatan lubang tanam dan pengajiran kedua
  • Jarak tanam untuk tanah ringan 45x45x30 cm, untuk tanah berat 60x60x40 cm
  • Lubang dibiarkan satu bulan atau lebih
  • Jenis penutup tanah; Puecaria Javanica, Colopogonium moconoides dan centrosema fubercens, penanaman dapat diatur atau ditugal setelah tanah diolah dan di bersihkan, jumlah bibit yang ditanam 15-20 Kg/Ha dengan perbandingan 1:5:4 antara Pueraria Javanoica:Colopoganium moconoides:cetrosema fubercens
  • Penanaman; bibit ditanam pada lubang tanah yang telah dsiberi tanda dan ditekan sehingga leher akan tetap sejajar dengan permukaan tanah, tanah sekeliling bibit diinjak-injak sampai padat sehingga bibit tidak goyang, untuk stump mata tidur mata menghadap ke sekatan atau di sesuaikan dengan arah angin
Pemeliharaan
Penyulaman
  • Bibit yang baru ditanam selama tiga bulan pertama setelah tanam diamati terus menerus
  • Tanaman yang mati segera diganti
  • Klon tanaman  untuk penyulaman harus sama
  • Penyulaman dilakukan sampai unsur 2 tahun
  • Penyulaman setelah itu dapat berkurang atau terlambat pertumbuhannya 
Pemotongan Tunas Palsu 
Tunas palsu dibuang selama 2 bulan pertama dengan rotasi 1 kali 2 minggu, sedangkan tunas liar dibuang sampai tanaman mencapai ketinggian 1,80 meter
 
Merangsang Percabangan
Bila tanaman 2-3 tahun dengan tinggi 3,5 meter belum mempunyai cabang perlu diadakan perangsangan dengan cara :
  • Pengeringan batang (ring out)
  • Pembungkusan pucuk daun (leaf felding)
  • Penanggalan (tapping)
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 2 kali setahun yaitu menjelang musim hujan dan akhir musim kemarau, sebelumnya tanaman dibersihkan dulu dari rerumputan dibuat larikan melingkar selebar 10 cm. Pemupukan pertama kurang lebih 10 Cm dari pohon dan semakin besar disesuaikan dengan lingkaran tajuk


Tumpangsari/Tanaman sela/Intercroping
Syarat-syarat pelaksanaan tumpangsari :
  • Topografi tanah maksimum 11 (8%)
  • Pengusahaan tanaman sela diantara umur tanaman karet 0-2 tahun
  • Jarak tanam karet sistem larikan 7x3 meter atu 6x4 meter
  • Tanaman sela harus di pupuk
  • Setelah tanaman sela dipanen segera diusahakan tanaman penutup tanah
Hama dan Penyakit
Hama
Hama adalah perusak tanamam yang berupa hewan seperti serangga, tungga, mamalia dan nematoda. Beberapa jenis yang cukup merugikan yaitu:
Kutu Lak (Laccifer)
Ciri-ciri :
  • Menyerang tanaman karet  dibawah 6 tahun.
  • Kutu berwarna jingga kemerahan dan terbungkus lapisan lak.
  • Mengeluarkan cairan madu, membuat jelaga hitam dan bercak pada tempat serangan.
  • Bagian yang diserang ranting dan daun lalu cairannya dihisap sehingga bagian tanaman yang terserang kering.
  • Penyebaran kutu lak dibantu semut gramang.
Pengendalian :
  • Lakukan pengawasan sedini mungkin.
  • Bila serangan ringan lakukan pengendalian secara mekanais, Fisik dan Biologis
  • Bila serangan berat, dengan Insektisida Albocinium 2% dan formalin 0,15% ditambah Surfaktan Citrowet 0,025%, penyemprotan interval 3 mg
Pscudococcus Citri
Ciri-ciri:
  • Stadia yang merusak adalah nympha dan imago berwarna kuning muda
  • Meyerang tanaman yang masih muda seperti ranting dan tangkai daun
Pengendalian :
  • Bila serangan berat bisa menggunakan Insektisida jenis metamidofos dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05%-0,1%
  • Interval penyemprotan 1-2 mg
Penyakit
Penyakit adalah gangguan yang terus menerus pada tanaman yang disebabakan oleh patogen, virus, bakteri dan jasad renix lain. Beberapa jenis yang cukup merugikan antara lain: 
Embun Tepung
Penyebab : Cendawan Oidium heveae
Gejala : Menyerang daun muda lalu  berbintik putih dan merangas; Umumnya menyerang setelah musim gugur daun
Pengendalian : - Secara mekanis dengan menanam klon yang sesuai, pemeliharaan yang intensif,  penyelarasan beban sadapan; - Secara kimiawi dengan belerang circus dosis 3-5 Kg/Ha interval 3-5 hari

Daun Colletotrichum
Penyebab : Colletotrichum gloeosporioides 
Gejala : - Daun muda cacat dan gugur, pucuk gundul, daun bercak coklat, ditengah  bercak berwarna putih; - bintik hitam (spora)
Pengendalian : Dengan Fungisida

Kanker Garis
Penyebab : Phytophthora palmivora butl
Gejala : - Bidang sadapan terdapat garis vertikal berwarna hitam dan bisa masuk  sampai kebagian kayu dan kulit membusuk; - Banyak timbul dimusim  penghujan dan kebun yang terlampau lembab; - Makin rendah irisan, kemungkinan infeksi makin besar
Pengendalian : - Secara mekanis penjarangan pemangkasan pelindung, penanaman penutup tanah; -Secara Kimiawi dengan Fungisida (B.a. Kaptofol)
Jamur Upas
Penyebab : Cortisium salmonicolor
Gejala : Tajuk pada dahan/cabang akan layu sehingga tanaman lemah dan produksi turun
Pengendalian : - Secara kimiawi luka akibat serangan dilumas dengan fungisida bahan aktif tridermof  (Calizin Rm 2%)
Bidang Sadapan
Penyebab : Ceratocystis Fimbriata
Gejala : Menerang kulit bidang sadapan yaitu timbul selaput benang berwarna putih kelabu, lalu penyebaran melalui spora  spora dan pisau sadap
Pengendalian : - Secara mekanis dengan mengurangi kelembaban; - Secara kimiawi dengan Fungisida bahan aktif  benomil dan Kaptofol
Cendawan Akar putih
Penyebab : Cendawan Fomes Lignosus
Gejala : - Daun kusam, menguning, layu dan akhirnya gugur; - Tanaman bila dibongkar pada akar terdapat cendawan berwarna putih kekuningan  
Pengendalian : - Secara mekanis saat pembukaan lahan tunggul dan akar harus dibongkar, penanaman 1-2 tahun setelah pembongkaran, tanaman sakit dibongkar lalu dibakar; - Secara kimiawi akar yang terserang dipotong lalu diolesi fungisida

Panen
Tanda-tanda kebun mulai disadap :
Umur rata-rata 6 tahun atau 55% dari areal 1 hektar sudah mencapai lingkjar batang 45 Cm sampai dengan 50 Cm. Disadap berselang 1 hari atau 2 hari setengah lingkar batang, denga sistem sadapan/rumus S2-D2 atau S2-D3
Pengolahan lateks sebagai berikut :
  • Standar karet kebun diturunkan dari rata-rata 32% menjadi 16% dengan jalan memberi air yang bening atau yang bersih
  • Kemudian dicampur dengancuka/setiap 1 Kg karet kering 350 s/d 375 Cc larutan 1% cuka
  • Dibiarkan sampai beku
  • Kemudian digiling dalam gilingan polos dan kembang, kemudian direndam rata-rata 60 menit
  • Disadap selama 1 minggu
  • Kemudian dihasilkan dalam bentuk RSS I, II, III dan IV of sheet

KARAKTERISTIK TANAMAN KARET DALAM BUDIDAYA TANAMAN KARET

Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30 tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15 – 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan. Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang bawah pada perbanyakan tanaman karet.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5 tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.

Teknik Yoga untuk Ibu Hamil

SAAT hamil tak jarang muncul rasa tegang, otot kaku, dan pegal-pegal. Untuk mengatasinya cobalah melakukan relaksasi dengan cara melakukan pengaturan napas.

Ambil posisi yang paling nyaman dengan mencoba sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil memejamkan mata. Relaksasikan otot-otot seluruh tubuh, mulai dari otot kaki, pinggang, punggung, leher, dan wajah. Bernapaslah lewat hidung, tarik dan embuskan perlahan-lahan. Ulangi selama 10 sampai 20 menit atau sampai kita merasa nyaman. Sambil melakukannya, tekan perut ke arah luar. Hitunglah sampai empat. Biarkan otot pundak dan leher kita relaks. Lalu, keluarkan napas perlahanlahan dan tenang.

Inilah bentuk latihan oleh tubuh yang sangat baik bagi ibu hamil. Yoga melatih otot-otot tubuh disertai oleh napas. Melalui gerak tubuh yang disertai teknik pengaturan napas dan pemusatan konsentrasi, fisik Anda akan lebih sehat, bugar dan kuat. Emosi Anda pun akan lebih seimbang. Berikut teknik yoga untuk para bumil:

Duduk bersila

Letakkan kedua tangan di sisi badan dengan siku lurus.Angkat kedua tangan dari samping ke arah kepala sambil menarik napas sampai kedua jari-jari tangan bertemu. Turunkan tangan ke depan sambil menghembuskan napas. Manfaat: Melatih kekuatan otot lengan, melenturkan sendi pundak, serta menenangkan perasaan. Menimbulkan perasaan "membumi dan terpusat".

Merangkak dengan kedua siku tangan lurus

Pandangan ke depan dan punggung rata. Tarik napas, lengkungkan punggung. Hembuskan napas sambil mengembalikan punggung ke posisi semula. Manfaat: Melepaskan ketegangan, menguatkan rahim, meringankan beban perut dan menghilangkan pegal-pegal tubuh.

Berbaring

Kedua kaki menempel di dinding dan kedua tangan dis amping badan dengan telapak tangan terbuka. Tarik napas, angkat panggul dari lantai. Hembuskan napas sambil menurunkan kembali kedua kaki. Manfaat: Mencegah varises di kaki, menghilangkan kelelahan kaki akibat pertambahan berat badan selama hamil, serta relaksasi tubuh dan jiwa.

HARI RAYA PAGERWESI

Kata "pagerwesi" artinya pagar dari besi. Ini me-lambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.
Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.
Hari Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Hari raya ini dilaksanakan 210 hari sekali. Sama halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula rerahinan gumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh."
Artinya:
Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.
Pelaksanaan upacara/upakara Pagerwesi sesungguhnya titik beratnya pada para pendeta atau rohaniawan pemimpin agama. Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
Sang Purohita ngarga apasang lingga sapakramaning ngarcana paduka Prameswara. Tengahiwengi yoga samadhi ana labaan ring Sang Panca 0Maha Bhuta, sewarna anut urip gelarakena ring natar sanggah.
Artinya:
Sang Pendeta hendaknya ngarga dan mapasang lingga sebagaimana layaknya memuja Sang Hyang Prameswara (Pramesti Guru). Tengah malam melakukan yoga samadhi, ada labaan (persembahan) untuk Sang Panca Maha Bhuta, segehan (terbuat dari nasi) lima warna menurut uripnya dan disampaikan di halaman sanggah (tempat persembahyangan).
Hakikat pelaksanaan upacara Pegerwesi adalah lebih ditekankan pada pemujaan oleh para pendeta dengan melakukan upacara Ngarga dan Mapasang Lingga.
Tengah malam umat dianjurkan untuk melakukan meditasi (yoga dan samadhi). Banten yang paling utama bagi para Purohita adalah "Sesayut Panca Lingga" sedangkan perlengkapannya Daksina, Suci Praspenyeneng dan Banten Penek. Meskipun hakikat hari raya Pagerwesi adalah pemujaan (yoga samadhi) bagi para Pendeta (Purohita) namun umat kebanyakan pun wajib ikut merayakan sesuai dengan kemampuan. Banten yang paling inti perayaan Pegerwesi bagi umat kebanyakan adalah natab Sesayut Pagehurip, Prayascita, Dapetan. Tentunya dilengkapi Daksina, Canang dan Sodaan. Dalam hal upacara, ada dua hal banten pokok yaitu Sesayut Panca Lingga untuk upacara para pendeta dan Sesayut Pageh Urip bagi umat kebanyakan.
Makna Filosofi
Sebagaimana telah disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari Payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.
Mengadakan yoga berarti Tuhan menciptakan diri-Nya sebagai guru. Barang siapa menyucikan dirinya akan dapat mencapai kekuatan yoga dari Hyang Pramesti Guru. Kekuatan itulah yang akan dipakai memagari diri. Pagar yang paling kuat untuk melindungi diri kita adalah ilmu yang berasal dari guru sejati pula. Guru yang sejati adalah Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu inti dari perayaan Pagerwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. Memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji dan memusatkan diri. Ini berarti kita harus menyerahkan kebodohan kita pada Tuhan agar beliau sebagai guru sejati dapat megisi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati.
Pada hari raya Pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan "pager besi" untuk melindungi hidup kita di dunia ini. Di samping itu Sang Hyang Pramesti Guru beryoga bersama Dewata Nawa Sanga adalah untuk "ngawerdhiaken sarwa tumitah muang sarwa tumuwuh."
Ngawerdhiaken artinya mengembangkan. Tumitah artinya yang ditakdirkan atau yang terlahirkan. Tumuwuh artinya tumbuh-tumbuhan.
Mengembangkan hidup dan tumbuh-tumbuhan perlulah kita berguru agar ada keseimbangan.
Dalam Bhagavadgita disebutkan ada tiga sumber kemakmuran yaitu:
Krsi yang artinya pertanian (sarwa tumuwuh).
Goraksya, artinya peternakan atau memelihara sapi sebagai induk semua hewan.
Wanijyam, artinya perdagangan. Berdagang adalah suatu pengabdian kepada produsen dan konsumen. Keuntungan yang benar, berdasarkan dharma apabila produsen dan konsumen diuntungkan. Kalau ada pihak yang dirugikan, itu berarti ada kecurangan. Keuntungan yang didapat dari kecurangan jelas tidak dikehendaki dharma.
Kehidupan tidak terpagari apabila tidak berkembangnya sarwa tumitah dan sarwa tumuwuh. Moral manusia akan ambruk apabila manusia dilanda kemiskinan baik miskin moral maupun miskin material. Hari raya Pagerwesi adalah hari untuk mengingatkan kita untuk berlindung dan berbakti kepada Tuhan sebagai guru sejati. Berlindung dan berbakti adalah salah satu ciri manusia bermoral tanpa kesombongan.
Mengembangkan pertanian dan peternakan bertujuan untuk memagari manusia dari kemiskinan material. Karena itu tepatlah bila hari raya Pagerwesi dipandang sebagai hari untuk memerangi diri dengan kekuatan meterial. Kalau kedua hal itu (pertanian dan peternakan) kuat, maka adharma tidak dapat masuk menguasai manusia. Yang menarik untuk dipahami adalah Pagerwesi adalah hari raya yang lebih diperuntukkan para pendeta (sang purohita). Hal ini dapat dipahami, karena untuk menjangkau vibrasi yoga Sanghyang Pramesti Guru tidaklah mudah. Hanya orang tertentu yang dapat menjangkau vibrasi Sanghyang Pramesti Guru. Karena itu ditekankan pada pendeta dan beliaulah yang akan melanjutkan pada masyarakat umum. Dalam agama Hindu, purohita adalah adi guru loka yaitu guru utama dari masyarakat. Sang Purohita-lah yang lebih mampu menggerakkan atma dengan tapa brata.
Dalam Manawa Dharmasastra V, 109 disebutkan:
Atma dibersihkan dengan tapa bratabudhi dibersihkan dengan ilmu pengetahuan (widia) manah (pikiran) dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran yang disebut satya.
Penjelasan Manawa Dharmasastra ini adalah bahwa atma yang tidak diselimuti oleh awan kegelapan dari hawa nafsu akan dapat menerima vibrasi spiritual dari Brahman. Vibrasi spiritual itulah sebagai pagar besi dari kehidupan dan itu pulalah guru sejati. Karena itu amat ditekankan pada Hari Raya Pagerwesi para pendeta agar ngarga, mapasang lingga.
Ngarga adalah suatu tempat untuk membuat tirtha bagi para pendeta. Sebelum membuat tirtha, terlebih dahulu pendeta menyucikan arga dengan air, dengan pengasepan sampai disucikan dengan mantra-mantra tertentu sehingga tirtha yang dihasilkan betul-betul amat suci. Pembuatan tirtha dalam upacara-upacara besar dilakukan dengan mapulang lingga. Tirtha suci itulah yang akan dibagikan kepada umat. Mengingat ngargha mapasang lingga dianjurkan oleh lontar Sundarigama pada hari Pagerwesi ini, berarti para pendeta harus melakukan hal yang amat utama untuk mencapai vibrasi spiritual payogan Sanghyang Pramesti Guru.
Sesayut Panca Lingga dengan inti ketipat Lingga adalah memohon lima manifestasi Siwa untuk memberikan benteng kekuatan (pager besi) dalam menghadapi hidup ini. Para pendetalah yang mempunyai kewajiban menghadirkan lebih intensif dalam masyarakat. Kemahakuasaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa dengan simbol Panca Lingga, Sesayut Pageh Urip bagi kebanyakan atau umat yang masih walaka. Kata "pageh" artinya "pagar" atau "teguh" sedangkan "urip" artinya "hidup". "Pageh urip" artinya hidup yang teguh atau hidup yang terlindungi. Kata "sesayut" berasal dari bahasa Jawa dari kata "ayu" artinya selamat atau sejahtera.
Natab Sesayut artinya mohon keselamatan atau kerahayuan. Banten Sesayut memakai alas sesayut yang bentuknya bundar dan maiseh dari daun kelapa. Bentuk ini melambangkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan haruslah secara bertahap dan beren-cana. Tidak bisa suatu kebaikan itu diwujudkan dengan cara yang ambisius. Demikianlah sepintas filosofi yang terkandung dalam lambang upacara Pagerwesi.
Di India, umat Hindu memiliki hari raya yang disebut Guru Purnima dan hari raya Walmiki Jayanti. Upacara Guru Purnima pada intinya adalah hari raya untuk memuja Resi Vyasa berkat jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi kitab suci Weda. Resi Vyasa pula yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana. Putra Bhagawan Parasara itu pula yang mendapatkan wahyu ten-tang Catur Purusartha yaitu empat tujuan hidup yang kemudian diuraikan dalam kitab Brahma Purana.
Berkat jasa-jasa Resi Vyasa itulah umat Hindu setiap tahun merayakan Guru Purnima dengan mengadakan persembahyangan atau istilah di India melakukan puja untuk keagungan Resi Vyasa dengan mementaskan berbagai episode tentang Resi Vyasa. Resi Vyasa diyakini sebagai adi guru loka yaitu gurunya alam semesta.
Sedangkan Walmiki Jayanti dirayakan setiap bulan Oktober pada hari Purnama. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja Resi Walmiki yang amat berjasa menyusun Ramayana sebanyak 24.000 sloka. Ke-24. 000 sloka Ramayana itu dikembangkan dari Tri Pada Mantra yaitu bagian inti dari Savitri Mantra yang lebih populer dengan Gayatri Mantra. Ke-24 suku kata suci dari Tri Pada Mantra itulah yang berhasil dikembangkan menjadi 24.000 sloka oleh Resi Walmiki berkat kesuciannya. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja sebagai adi guru loka yaitu maha gurunya alam semesta.
Sampai saat ini Mahabharata dan Ramayana yang disebut itihasa adalah merupakan pagar besi dari manusia untuk melindungi dirinya dari serangan hawa nafsu jahat.
Jika kita boleh mengambil kesimpulan, kiranya Hari Raya Pagerwesi di Indonesia dengan Hari Raya Guru Purnima dan Walmiki Jayanti memiliki semangat yang searah untuk memuja Tuhan dan resi sebagai guru yang menuntun manusia menuju hidup yang kuat dan suci. Nilai hakiki dari perayaan Guru Purnima dan Walmiki Jayanti dengan Pegerwesi dapat dipadukan. Namun bagaimana cara perayaannya, tentu lebih tepat disesuaikan dengan budaya atau tradisi masing-masing tempat. Yang penting adalah adanya pemadatan nilai atau penambahan makna dari memuja Sanghyang Pramesti Guru ditambah dengan memperdalam pemahaman akan jasa-jasa para resi, seperti Resi Vyasa, Resi Walmiki dan resi-resi yang sangat berjasa bagi umat Hindu di Indonesia.
(Sumber: Buku "Yadnya dan Bhakti" oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)
 

Like Facebook

Followers

Visitor

free counters